bukaportal.com – Pada Senin, 14 Juli 2025 pukul 12.49 WIB, gempa berkekuatan Magnitudo 6,9 (update M6,7) mengguncang area Laut Banda, Maluku Tenggara Barat. Episenter berada di laut, 169 km barat daya pulau utama, pada kedalaman sekitar 98–108 km. Getaran terasa kuat hingga Pulau Banda dan sejumlah wilayah Maluku, memicu kekhawatiran, namun BMKG memastikan gempa tidak berpotensi tsunami.
Lokasi, Mekanisme dan Analisis BMKG
BMKG melaporkan gempa memiliki parameter episenter di perairan Maluku Tenggara Barat, tepatnya 6,27° LS dan 131,33° BT, dengan kedalaman hiposenter antara 98–108 km. Analisis menunjukkan gempa bersifat intraplate, terjadi akibat deformasi dalam lempeng Laut Banda, dengan mekanisme strike‑slip (geser).
Tipe gempa intraplate ini umum di wilayah lempeng kompleks seperti Laut Banda—tempat pertemuan lempeng Indo‑Australia, Eurasia, dan lempeng mikro Banda. Kedalaman di atas 90 km menurunkan potensi tsunami—itulah kenapa BMKG memastikan tidak ada ancaman gelombang tsunami.
Dampak Gempa: Intensitas, Wilayah Terdampak, dan Respon Awal
Getaran gempa ini dirasakan di berbagai skala intensitas (MMI), antara IV hingga V. Di Saumlaki dan Nabire, getaran mencapai MMI IV–V: banyak warga terbangun, benda pecah, hingga terasa seperti truk besar melintas. Di Dobo, Fak‑fak, Sorong, Ransiki, hingga Pulau Banda (MMI III–IV), warga merasakan getaran signifikan, seperti derik pintu-jendela dan lantai bergoyang.
BMKG langsung menyatakan tidak ada laporan tsunami dan belum ditemukan gempa susulan (aftershock) signifikan hingga pukul 13.10 WIB. Namun warga tetap diimbau untuk waspada terhadap susulan, serta memeriksa kondisi bangunan untuk memastikan kelayakan tempat tinggal sebelum kembali ke dalam rumah.
Sejarah Gempa di Laut Banda & Pelajaran Untuk Kesadaran Masyarakat
Wilayah Laut Banda dikenal sangat aktif secara seismik. Sejak 2024–2025, sejumlah gempa menengah (M5–M6+) terjadi berturut-turut . Sejarah terdahulu bahkan mencatat gempa dahsyat, seperti pada tahun 1674 (M6,8) yang memicu megatsunami setinggi hingga 100 meter dan menelan ribuan korban jiwa.
Kondisi geologi—gabungan sesar geser dan subduksi—menandakan wilayah ini rawan gempa menengah hingga dalam. Karenanya, teori dan mitigasi penting dikuasai bagi masyarakat pesisir dan relawan seperti BNPB agar respon cepat dan kesiapan bencana selalu optimal.
Kesiapsiagaan & Mitigasi Risiko Bencana
Setelah gempa, BMKG dan BNPB menekankan tiga langkah utama:
-
Verifikasi kondisi bangunan sebelum kembali, terutama yang retak baik struktural maupun non-struktural.
-
Waspadai potensi aftershock, tetap siaga meski tidak ada tsunami.
-
Pantau informasi resmi saja dan hindari isu bohong, demi mencegah kepanikan massal.
Pariwisata dan ekonomi Banda—yang padat kunjungan laut—juga perlu waspada. Pelabuhan dan kapal wajib memastikan kondisi aman sebelum kembali melaut.
Gempa Laut Banda: Peringatan dan Kesempatan Masyarakat Tangguh
Gempa magnitudo 6,9 di Laut Banda yang terasa hingga Banda dan daerah sekitarnya jadi pengingat bahwa meski terjadi sering, kesiapsiagaan tetap nomor satu. BMKG telah memastikan tidak ada potensi tsunami, namun guncangan signifikan menuntut respons tepat dari masyarakat: cek bangunan, siap evakuasi, pantau info resmi.
Doa terbaik untuk warga Maluku dan semoga mitigasi bencana makin kuat. Mari jadikan gempa ini sebagai momentum meningkatkan kesadaran dan solidaritas komunitas lokal, agar kawasan ini selalu tangguh terhadap bencana alam.