Pendahuluan
Pariwisata adalah salah satu sektor paling penting di Indonesia. Dengan keindahan alam yang luar biasa, keberagaman budaya, dan keramahan masyarakat, negeri ini menjadi salah satu destinasi utama dunia. Namun, perkembangan pariwisata juga menimbulkan persoalan serius: kerusakan lingkungan, polusi, dan hilangnya kearifan lokal.
Seiring meningkatnya kesadaran global tentang perubahan iklim, muncullah konsep wisata berkelanjutan. Tahun 2025, tren ini semakin kuat di Indonesia. Wisatawan tidak lagi hanya mencari keindahan alam, tetapi juga ingin memastikan perjalanan mereka tidak merusak bumi. Konsep traveling ramah lingkungan pun menjadi gaya hidup baru.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai wisata berkelanjutan 2025 di Indonesia: definisi, prinsip, destinasi populer, kontribusi ekonomi, tantangan, hingga tips praktis untuk wisatawan.
◆ Apa Itu Wisata Berkelanjutan?
Menurut definisi dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO), wisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhatikan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan di masa depan. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan wisatawan sekaligus melindungi alam, budaya, dan masyarakat lokal.
Prinsip utama wisata berkelanjutan meliputi:
-
Melestarikan lingkungan – mengurangi polusi, mengelola limbah, menjaga ekosistem.
-
Menghargai budaya lokal – menghormati adat, tradisi, dan cara hidup masyarakat setempat.
-
Memberdayakan ekonomi lokal – wisata harus memberi manfaat nyata bagi penduduk, bukan hanya investor besar.
Dengan prinsip ini, traveling bukan hanya soal rekreasi, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial dan ekologis.
◆ Tren Wisata Berkelanjutan di Indonesia 2025
Tahun 2025, wisata berkelanjutan menjadi arus utama di banyak destinasi Indonesia. Ada beberapa tren yang muncul:
-
Eco-lodge dan eco-resort: Akomodasi yang dibangun dengan bahan ramah lingkungan, memanfaatkan energi terbarukan, dan menerapkan sistem zero waste.
-
Wisata digital detox: Paket liburan yang mendorong wisatawan untuk melepaskan gadget dan fokus pada alam serta aktivitas tradisional.
-
Agrowisata organik: Desa-desa menawarkan pengalaman menanam, memanen, dan mengolah makanan secara organik.
-
Slow tourism: Wisatawan lebih memilih tinggal lama di satu tempat untuk merasakan budaya lokal, daripada berpindah-pindah dengan cepat.
Tren ini memperlihatkan bahwa pariwisata Indonesia tidak hanya mengejar jumlah turis, tetapi juga kualitas pengalaman dan keberlanjutan.
◆ Destinasi Wisata Berkelanjutan Populer
Beberapa destinasi di Indonesia sudah terkenal sebagai pionir wisata berkelanjutan:
Bali – Desa Penglipuran
Desa Penglipuran di Bali dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Masyarakatnya menerapkan aturan ketat dalam menjaga lingkungan dan tradisi. Wisatawan bisa merasakan budaya Bali yang otentik tanpa merusak alam sekitar.
Lombok – Desa Sembalun
Desa ini berada di kaki Gunung Rinjani dan terkenal dengan agrowisata organiknya. Wisatawan bisa belajar menanam sayur, kopi, hingga stroberi. Desa ini juga mengembangkan homestay ramah lingkungan yang dikelola warga.
Raja Ampat – Papua Barat
Raja Ampat menerapkan sistem pembatasan jumlah wisatawan per hari untuk menjaga kelestarian terumbu karang. Sistem ini terbukti efektif menjaga ekosistem laut dari over-tourism.
Yogyakarta – Hutan Pinus Mangunan
Selain menjadi destinasi populer, pengelola menerapkan konsep ekowisata. Ada program edukasi tentang pelestarian hutan, serta aktivitas eco-camp dengan konsep minim sampah.
Flores – Wae Rebo
Desa adat Wae Rebo terkenal dengan rumah adat Mbaru Niang. Wisatawan bisa tinggal bersama penduduk lokal, belajar budaya tradisional, dan ikut menjaga lingkungan.
◆ Kontribusi Ekonomi Wisata Berkelanjutan
Wisata berkelanjutan tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga memberi manfaat ekonomi besar bagi masyarakat lokal.
-
Lapangan kerja baru: Masyarakat bisa bekerja sebagai pemandu wisata, pengelola homestay, atau pengrajin suvenir ramah lingkungan.
-
UMKM lokal: Produk kerajinan, kuliner, hingga kain tradisional mendapat pasar lebih luas.
-
Distribusi ekonomi adil: Berbeda dengan pariwisata massal yang hanya menguntungkan investor besar, wisata berkelanjutan memastikan keuntungan langsung dinikmati warga lokal.
Contoh suksesnya adalah Desa Wisata Nglanggeran di Gunungkidul. Dengan konsep wisata berbasis masyarakat, desa ini mendapat penghargaan internasional dan mampu meningkatkan taraf hidup penduduknya secara signifikan.
◆ Tantangan Wisata Berkelanjutan
Meski potensinya besar, ada beberapa tantangan serius:
-
Kurangnya kesadaran wisatawan
Banyak wisatawan masih lebih mementingkan hiburan daripada tanggung jawab lingkungan. Misalnya, membuang sampah sembarangan atau menggunakan plastik sekali pakai. -
Keterbatasan infrastruktur
Tidak semua destinasi memiliki fasilitas ramah lingkungan, seperti tempat sampah terpilah, energi terbarukan, atau sistem pengelolaan limbah. -
Biaya tinggi
Paket wisata berkelanjutan kadang lebih mahal dibanding wisata massal, sehingga tidak semua orang bisa mengaksesnya. -
Over-tourism
Meski mengusung konsep berkelanjutan, jika jumlah wisatawan terlalu banyak tetap bisa merusak ekosistem.
◆ Peran Generasi Muda
Generasi milenial dan Gen Z memegang peran penting dalam memajukan wisata berkelanjutan. Mereka lebih melek informasi, peduli lingkungan, dan aktif di media sosial.
Dengan konten perjalanan yang menonjolkan sisi keberlanjutan, generasi muda bisa menginspirasi wisatawan lain. Tagar seperti #EcoTravel, #SustainableTourism, atau #TravelWithPurpose semakin populer di tahun 2025.
Selain itu, banyak komunitas muda terlibat langsung dalam aksi pelestarian, seperti gerakan bersih pantai, reboisasi hutan, hingga kampanye zero waste.
◆ Tips Traveling Ramah Lingkungan
Bagi wisatawan yang ingin mendukung wisata berkelanjutan, ada beberapa langkah praktis:
-
Bawa botol minum, tas kain, dan peralatan makan sendiri untuk mengurangi plastik sekali pakai.
-
Pilih akomodasi yang memiliki sertifikasi eco-lodge atau ramah lingkungan.
-
Dukung produk lokal dengan membeli kerajinan tangan atau makanan khas daerah.
-
Hormati budaya setempat dan ikuti aturan adat.
-
Gunakan transportasi umum atau kendaraan ramah lingkungan jika memungkinkan.
-
Jangan meninggalkan sampah di destinasi wisata, terutama di gunung dan pantai.
◆ Masa Depan Wisata Berkelanjutan di Indonesia
Melihat tren 2025, masa depan wisata berkelanjutan di Indonesia sangat cerah. Dengan dukungan regulasi, kesadaran wisatawan, dan potensi alam yang luar biasa, Indonesia bisa menjadi contoh global dalam pengembangan pariwisata ramah lingkungan.
Pemerintah sudah mulai mengarahkan kebijakan ke sana, misalnya dengan mendorong green tourism certification untuk destinasi dan akomodasi. Selain itu, teknologi digital digunakan untuk memantau jumlah pengunjung, kualitas udara, hingga dampak wisata terhadap ekosistem.
Jika tren ini terus berkembang, Indonesia bukan hanya dikenal sebagai destinasi indah, tetapi juga sebagai pemimpin dunia dalam sustainable tourism.
◆ Penutup
Kesimpulan
Tahun 2025 menandai era baru bagi pariwisata Indonesia. Wisata berkelanjutan 2025 menjadi pilihan utama wisatawan yang peduli pada alam, budaya, dan masyarakat lokal. Konsep ini membawa manfaat ganda: menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Meski tantangan masih ada, dari kurangnya kesadaran hingga keterbatasan infrastruktur, arah perkembangan jelas menuju masa depan yang lebih hijau dan inklusif. Wisata ramah lingkungan bukan lagi sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak untuk menjaga bumi dan generasi mendatang.
Rekomendasi
-
Wisatawan perlu lebih sadar dengan menerapkan eco-friendly habits.
-
Pemerintah harus memperkuat regulasi dan infrastruktur hijau.
-
Komunitas lokal diberi ruang lebih besar dalam pengelolaan destinasi.
-
Media sosial bisa dimanfaatkan untuk kampanye wisata berkelanjutan.
Referensi
-
Wikipedia: Pariwisata berkelanjutan
-
Wikipedia: Pariwisata di Indonesia
