bukaportal.com – Tragis. Seorang siswa SMAN 6 Garut berinisial P (16) ditemukan tewas bunuh diri di rumahnya pada Senin, 14 Juli 2025 pagi. Kabar ini sempat viral usai orang tua korban menuding anaknya jadi korban bullying di sekolah, termasuk dituduh “lapor teman ngevape”. Pemkab Garut, Dinas Pendidikan, hingga jajaran PPA langsung buka suara dan bergerak cepat menangani dugaan tersebut. Yuk kita kupas lengkap soal kronologi, respon resmi, dan rekomendasi untuk mencegah hal serupa.
Kronologi Kronologis Kejadian dan Dugaan Perundungan
Kejadian bermula saat P dilaporkan tidak naik kelas karena nilai di tujuh mata pelajaran belum memenuhi KKM. Orangtuanya kemudian diundang oleh guru BK dan wali kelas, lalu memutuskan untuk pindah sekolah setelah menerima penjelasan situasi akademik anaknya.
Namun publik diguncang setelah ibu P membagikan cerita di Instagram, bahwa putranya depresi hingga nekat bunuh diri setelah dituduh lapor teman membawa vape ke kelas. Tuduhan ini disebut terjadi beberapa kali sebulan sebelum kematian, dan membuat mental korban terus menurun.
Pada 14 Juli 2025, pagi hari, orang tua mendapati P tewas gantung diri di lantai atas rumah. Polisi (Tim Inafis Polres Garut) turun dan menyatakan penyebab cenderung bunuh diri, tanpa tanda kekerasan.
Respon Pemkab Garut, Dinas Pendidikan & PPA
Pemkab Garut melalui Wakil Bupati Putri Karlina mengatakan Pemerintah sudah mendampingi korban sejak akhir Juni, mulai dari konseling hingga pendampingan lanjutan yang direncanakan pada 17 Juli—sayangnya korban sudah tiada terlebih dahulu.
Kepala UPT PPA Garut, Yayan Waryana, menyatakan laporan orang tua diterima pada 30 Juni, dan penanganan sudah berjalan termasuk konseling, konsultasi hukum, dan surat rujukan ke psikiater.
Sementara dari Dinas Pendidikan (KCD Wilayah XI Jabar), Ketua Aang Karyana menyebut belum ditemukan indikasi bullying berdasarkan wawancara awal pihak sekolah dan siswa. Namun investigasi tetap berlanjut dengan melibatkan Kemendikbud, Inspektorat, serta Polres.
Pernyataan dari Sekolah — Bantahan soal Bullying
Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, tegas membantah praktik bullying di lingkungan sekolah. Dia menyebut persoalan lebih ke akademik, bukan kekerasan emosional atau fisik.
Kedua guru (wali kelas dan BK) juga menyatakan tidak pernah ada pemukulan atau pengucilan terhadap P. Walaupun sempat ada “konfrontasi ringan” karena tuduhan lapor teman, masalah itu sudah selesai dan tidak berlanjut.
Menurut mereka, guru bahkan berupaya mendukung P melalui berbagai strategi akademik — meskipun hasilnya belum membaik pada akhirnya.
Pendalaman Investigasi dan Pelajaran Penting
1. Investigasi menyeluruh
Investigasi terus berlanjut melibatkan Psikolog PPA, Inspektorat, dan Polres. Termasuk pemeriksaan saksi–saksi teman sekelas, guru, dan staff sekolah.
2. Tekanan psikologis
Kasus ini menunjukkan bagaimana tekanan akademik, stigma, dan rumor bisa merusak mental siswa. Identifikasi awal, akses ke konselor, dan keterbukaan orang tua sangat penting.
3. Anti-bullying di sekolah
Sekolah wajib memperkuat sistem deteksi bullying—tidak cuma fisik, tapi juga psikis. Perlu sosialisasi, pelatihan anti-perundungan, dan mekanisme segar pelaporan di kalangan siswa.
Dampak Sosial dan Harapan ke Depan
Rekam jejak sistem
Jika ditemukan ada unsur perundungan atau kelalaian sistematis, maka pihak sekolah atau guru bisa dipanggil guna pertanggungjawaban moral dan hukum.
Rekomendasi kebijakan
Pemkab atau provinsi perlu sediakan program pendukung kesehatan mental siswa—seperti layanan psikolog di sekolah umum.
Edukasi masyarakat
Kasus ini juga jadi panggilan agar orang tua aktif dalam mendampingi perkembangan emosional dan akademiknya anak.