pertumbuhan

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat ke 4,8% di Kuartal II 2025

Finance
0 0
Read Time:3 Minute, 8 Second

KONDISI EKONOMI NASIONAL DI TENGAH TEKANAN GLOBAL
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 diperkirakan melambat menjadi sekitar 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Referensi). Pelemahan ini disebabkan oleh kombinasi tekanan global, termasuk ketidakpastian geopolitik, kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, dan penurunan permintaan ekspor komoditas utama seperti batubara dan minyak sawit.

Faktor domestik seperti inflasi yang lebih tinggi dari target dan konsumsi rumah tangga yang mulai melambat juga ikut menekan pertumbuhan. Meski belanja pemerintah tetap berjalan, kontribusinya belum cukup untuk mengimbangi turunnya kinerja sektor swasta. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan target pertumbuhan ekonomi tahun penuh yang sebelumnya ditetapkan di kisaran 5,2% oleh Kementerian Keuangan.

Pemerintah telah merespons dengan meluncurkan program stimulus terbatas di sektor UMKM dan mempercepat proyek infrastruktur strategis. Namun, beberapa ekonom menilai langkah ini hanya mampu mengurangi dampak jangka pendek tanpa menjawab masalah struktural yang lebih dalam.


DAMPAK PADA SEKTOR UTAMA EKONOMI
Sektor manufaktur dan perdagangan menjadi yang paling terdampak oleh perlambatan ini. Penurunan permintaan ekspor dari Tiongkok dan Uni Eropa menyebabkan industri berbasis komoditas seperti tekstil, furnitur, dan produk olahan kelapa sawit mengalami kontraksi signifikan. Sementara sektor otomotif mencatat penurunan produksi akibat melemahnya daya beli konsumen di dalam negeri.

Sektor pertanian dan perikanan relatif lebih stabil, meskipun harga pupuk dan pakan ternak yang meningkat turut menekan margin keuntungan petani dan nelayan. Sebaliknya, sektor digital dan teknologi finansial tetap menunjukkan pertumbuhan positif, didorong oleh adopsi layanan online yang terus meningkat pasca-pandemi.

Sektor pariwisata yang sempat pulih pasca-pandemi juga terdampak oleh perlambatan ini. Kunjungan wisatawan mancanegara mengalami stagnasi akibat kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil. Hal ini memengaruhi pendapatan daerah yang sangat bergantung pada pariwisata seperti Bali dan Lombok.


RESPONS PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25% untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mengendalikan inflasi. Namun, kebijakan ini dipandang sebagian pelaku usaha kurang mendukung ekspansi bisnis yang membutuhkan biaya modal rendah. BI menegaskan fokus utamanya adalah menjaga stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global.

Kementerian Keuangan meluncurkan beberapa insentif fiskal untuk mendukung investasi, termasuk keringanan pajak untuk sektor padat karya dan digital. Pemerintah juga mempercepat program hilirisasi industri, khususnya di sektor pertambangan, untuk meningkatkan nilai tambah dan ketahanan ekonomi domestik.

Selain itu, pemerintah mengumumkan rencana memperluas jaring pengaman sosial untuk kelompok rentan, guna menjaga daya beli masyarakat bawah yang paling terdampak oleh perlambatan ekonomi ini.


ANALISIS EKONOM DAN PROYEKSI KE DEPAN
Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi di sisa tahun 2025 akan sedikit membaik jika harga komoditas global mulai stabil dan proyek-proyek infrastruktur berjalan sesuai target. Namun, risiko dari ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter ketat di negara maju tetap menjadi ancaman besar.

Dalam jangka menengah, Indonesia dipandang perlu mempercepat reformasi struktural di sektor tenaga kerja, pendidikan, dan teknologi agar dapat meningkatkan produktivitas dan menarik lebih banyak investasi asing langsung. Tanpa langkah reformasi signifikan, pertumbuhan di kisaran 4–5% dianggap sulit untuk ditingkatkan secara berkelanjutan.

Proyeksi jangka pendek menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2025 mungkin masih berada pada kisaran 4,8–5%, sebelum diharapkan naik menjadi 5,1% pada kuartal IV berkat peningkatan belanja akhir tahun dan musim liburan.


KESIMPULAN DAN HARAPAN KE DEPAN
Perlambatan ekonomi di kuartal II 2025 menjadi peringatan penting bagi pembuat kebijakan untuk segera melakukan langkah strategis dan berani. Fokus pada hilirisasi, digitalisasi ekonomi, dan diversifikasi sektor industri dinilai menjadi kunci untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

Meski ada tantangan besar, potensi ekonomi Indonesia tetap kuat berkat populasi produktif yang besar, kekayaan sumber daya alam, dan pasar domestik yang luas. Jika kebijakan pemerintah tepat sasaran dan didukung koordinasi yang baik, ekonomi Indonesia masih memiliki peluang untuk pulih lebih cepat di paruh kedua tahun ini.

Pemerintah juga didorong untuk terus meningkatkan transparansi dan komunikasi kebijakan agar investor dan pelaku usaha memiliki kepercayaan yang lebih tinggi terhadap prospek jangka panjang ekonomi nasional.


Referensi:

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %