bukaportal.com – Fenomena viral Dikha, penari cilik Pacu Jalur dari Kuansing, Riau, kembali sorotan saat sang ibunda buka suara soal kondisi anak setelah banjir tawaran tampil. Dikha pacu jalur kelelahan setelah undangan nonstop, bahkan sang ibu bilang dia mengaku bosan karena sering diatur-atur.
Dalam artikel ini kita bahas jadwal padat dikombinasikan kondisi fisik dan mental Dikha, reaksi orang tua, serta sorotan publik terhadap pengelolaan viralitas anak-anak.
Jadwal Padat Dikha: Dari TV Nasional hingga Penutupan Piala Presiden
Sejak aksinya dalam tradisi Pacu Jalur viral lewat gerakan “aura farming”, Dikha mendapat banyak undangan. Dia telah tampil di stasiun televisi nasional, bertemu Menteri Pariwisata dan Menteri Kebudayaan, hingga diundang tampil dalam acara Riau Bhayangkara Run besutan Polda Riau.
Rani Ridawati, ibunda Dikha, menyebut dalam kurun waktu hanya beberapa hari, sang anak sudah bolak-balik ke Jakarta dan Pekanbaru. Jadwal padat ini kata dia membuat Dikha minta istirahat dan vitamin demi menjaga stamina.
Ibunya juga menyatakan sang anak sempat dijadwalkan lagi ke Dubai pada 14 Juli 2025. Namun karena kondisi fisik yang kelelahan dan masih ada acara domestik, keberangkatan ke luar negeri pun belum bisa dipastikan.
Kondisi Fisik dan Psikologis: “Capek” tapi Tetap Tersenyum
Meskipun gemar tampil dan banyak tawaran datang, orang tua menyadari bahwa Dikha sudah mulai tampak lelah. “Dia bilang, ‘Capek, Dikha, Bu’,” kata sang ibu, menegaskan pentingnya istirahat meskipun ia sangat bangga dengan capaian viral sang anak.
Kelelahan itu juga diperparah oleh tekanan jadwal panjang tanpa jeda bermain bagi anak seusianya. Supriono, ayah Dikha, menambahkan bahwa sejak ikut Pacu Jalur tingkat rayon hingga acara-event besar, Dikha belum punya banyak waktu luang untuk bermain seperti anak-anak lain.
Di sisi mental, sang ibu menyampaikan bahwa anaknya merasa bosan saat terlalu banyak diatur: “Kadang kami suruh coba ganti-ganti gaya nari Pacu Jalur, dia nggak mau,” ujar Rani. Ini mencerminkan kebutuhan anak untuk tetap punya ruang spontanitas dan hak jadi anak-anak biasa.
Viralitas Dijaga, Tapi Orang Tua Tetap Punya Filter
Meskipun viral hingga ke luar negeri, orang tua tetap menjaga agar popularitas Dikha tak mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan. Mereka kerap mengatur jadwal agar tetap proporsional antara tampil dan istirahat.
Selain undangan lokal, ada tawaran dari Dubai hingga Jerman untuk mengenalkan budaya Pacu Jalur langsung kepada pemirsa mancanegara. Namun Rani dan Supriono menegaskan bahwa kepentingan utama mereka adalah kesejahteraan anak, bukan semata popularitas.
Komitmen ini terlihat dari keputusan menunda kemungkinan ke luar negeri jika kondisi fisik Dikha tidak memungkinkan. Mereka tetap ingin memastikan sang anak bahagia, sehat, dan tetap anak-anak sebagaimana mestinya.
Dampak Positif dan Kekhawatiran di Masa Depan
Popularitas viral membawa banyak manfaat: cultural ambassador, duta pariwisata, bahkan beasiswa pendidikan senilai Rp 20 juta dari Pemprov Riau memiliki nilai simbolik tinggi. imbulkan tekanan terselubung jika tanpa batas. Kelelahan fisik dan kebosanan sang anak jadi sinyal bahwa pengelolaan kerja anak harus disertai kontrol ketat oleh keluarga dan pihak berwenang.
Orang tua dan komunitas budaya punya tanggung jawab moral untuk memastikan viralitas tidak jadi eksploitasi, melainkan sarana pelestarian budaya yang tetap menghargai hak dan kesejahteraan anak.
Viral tapi Seimbang: Kesehatan Anak Harus Utama
Singkat kata, kisah Dikha pacu jalur kelelahan adalah peringatan bahwa viralitas anak-anak perlu diimbangi dengan perhatian serius terhadap kesehatan fisik dan mental. Meskipun viral membawa kebanggaan dan peluang, anak tetaplah anak.
Ibunda telah berperan sebagai filter utama, memastikan jadwal tak menjadikan Anak kehilangan kebebasan bermain dan spontanitas. Begitu juga keputusan menunda perjalanan ke luar negeri jika kondisi belum memungkinkan.
Semoga fenomena ini memberi pelajaran berharga: viralitas anak bukan hanya soal eksposur, tapi soal bagaimana kita menjaga mereka tetap bahagia, sehat, dan punya ruang tumbuh sebagai anak-anak.