◆ Latar Belakang Tren One Piece dalam Protes
Protes nasional 2025 tidak hanya menyisakan cerita politik, tetapi juga fenomena budaya unik: maraknya tren One Piece di jalanan. Ribuan mahasiswa dan anak muda memilih mengenakan kostum bertema anime Jepang, khususnya karakter One Piece, ketika turun ke jalan.
Fenomena ini awalnya terlihat di Yogyakarta, ketika sekelompok mahasiswa mengenakan topi jerami ala Monkey D. Luffy saat berorasi. Foto dan video mereka viral, memunculkan gelombang kreatif di berbagai kota. Sejak itu, protes nasional tak hanya dipenuhi spanduk dan poster, tetapi juga cosplay karakter anime.
Bagi banyak demonstran, One Piece bukan sekadar hiburan, melainkan simbol perjuangan melawan ketidakadilan. Cerita bajak laut topi jerami yang melawan penguasa korup dianggap relevan dengan kondisi politik Indonesia. Dari situlah, fashion protes dengan nuansa One Piece lahir sebagai tren baru.
◆ Pop Culture Sebagai Medium Perlawanan
Menggunakan pop culture dalam protes sebenarnya bukan hal baru. Namun, fenomena One Piece di 2025 menjadi sangat menonjol karena anime ini punya basis penggemar raksasa di Indonesia. Kostum Luffy, Zoro, Nami, hingga Chopper terlihat di jalanan bersama ribuan demonstran.
Fashion ini tidak hanya sekadar cosplay, tetapi juga ekspresi politik. Kaos dengan ilustrasi Luffy melawan pemerintah dunia, hoodie dengan tulisan “We Are Nakama”, hingga bandana ala bajak laut jadi simbol solidaritas. Kreativitas ini membuat protes terasa lebih inklusif dan menarik perhatian publik yang biasanya tidak mengikuti isu politik.
Fenomena ini menunjukkan bahwa anak muda lebih nyaman menyampaikan aspirasi lewat bahasa yang mereka kuasai: budaya populer. Dengan cara ini, pesan protes tidak hanya sampai ke kalangan akademis, tetapi juga ke komunitas penggemar anime, gamer, hingga masyarakat luas.
◆ Fashion Jalanan dalam Aksi Massa
Selain kostum anime, protes nasional juga melahirkan fashion jalanan khas 2025. Banyak demonstran memadukan item One Piece dengan streetwear lokal, menciptakan gaya unik: hoodie hitam dengan ilustrasi Luffy, celana cargo, sneakers, serta tote bag bertuliskan slogan satir.
Merchandise dadakan pun bermunculan. Pedagang kaki lima menjual kaos bertema One Piece versi protes, stiker nakama perlawanan, hingga masker dengan simbol tengkorak topi jerami. Fenomena ini menghidupkan kembali konsep fashion sebagai ekspresi kolektif, bukan sekadar gaya pribadi.
Uniknya, tren ini menular ke luar arena protes. Banyak anak muda memakai outfit bertema One Piece ke kampus, kafe, bahkan nongkrong biasa. Fashion protes akhirnya berubah menjadi fashion sehari-hari, memperluas narasi perlawanan ke ruang publik.
◆ Dampak Ekonomi Kreatif
Tren One Piece di jalanan membuka peluang besar bagi pelaku ekonomi kreatif. Desainer lokal, sablon kaos, hingga pelaku UMKM mendadak kebanjiran pesanan merchandise protes. Penjualan online di marketplace melonjak, terutama untuk produk limited edition dengan desain satir.
Beberapa brand streetwear lokal ikut merespons dengan meluncurkan koleksi bertema protes. Kolaborasi antara komunitas anime dan komunitas aktivis menghasilkan karya fashion yang unik sekaligus bermakna. Dengan begitu, protes nasional 2025 tidak hanya menjadi arena politik, tetapi juga lahan berkembangnya ekonomi kreatif Indonesia.
◆ Sorotan Media Internasional
Fenomena ini juga diliput oleh media internasional. Banyak yang menyoroti bagaimana demonstrasi di Indonesia berbeda dengan negara lain. Jika di banyak negara aksi diwarnai simbol politik formal, di Indonesia justru anime yang jadi bahasa perlawanan.
Reuters dan BBC, misalnya, menampilkan foto demonstran dengan cosplay Luffy sambil membawa spanduk bertuliskan “Turunkan Gaji DPR”. Liputan ini membuat dunia terkesan dengan kreativitas anak muda Indonesia. Anime, yang biasanya identik dengan hiburan, kini dipakai untuk mengkritik kekuasaan.
◆ Kritik dan Pro-Kontra
Meski viral, tren ini tidak lepas dari kritik. Sebagian pihak menilai penggunaan cosplay dalam protes mengurangi keseriusan gerakan. Menurut mereka, isu serius seperti reformasi politik seharusnya tidak dikemas dengan humor atau budaya populer.
Namun, banyak aktivis membela tren ini. Mereka berargumen bahwa setiap generasi punya cara berbeda untuk menyampaikan aspirasi. Jika generasi sebelumnya mengandalkan orasi dan pamflet, generasi sekarang memilih meme, cosplay, dan fashion. Selama pesan utama tersampaikan, tidak ada yang salah.
◆ Masa Depan Fashion Protes
Tren One Piece di protes nasional 2025 membuka jalan baru bagi fashion politik di Indonesia. Ke depan, bukan tidak mungkin fashion protes akan terus berkembang dengan memanfaatkan budaya populer lain, seperti K-pop, film Marvel, atau ikon lokal.
Dengan cara ini, protes bisa tetap relevan dengan generasi muda, sekaligus menjadi ruang ekspresi budaya yang kreatif. Fashion bukan lagi sekadar pakaian, tetapi medium untuk menyatukan aspirasi, solidaritas, dan identitas.
Kesimpulan
Tren One Piece protes nasional 2025 adalah fenomena unik yang memperlihatkan bagaimana pop culture bisa menjadi alat perlawanan. Dari cosplay hingga merchandise, fashion menjadi jembatan antara politik dan budaya populer.
◆ Penutup
One Piece bukan lagi sekadar cerita bajak laut, tetapi simbol perlawanan anak muda Indonesia. Melalui fashion, mereka menunjukkan bahwa kreativitas bisa menjadi senjata dalam perjuangan politik.
Referensi: