Skandal Baru dari Raksasa Teknologi
Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, kembali memicu kontroversi pada 30 Agustus 2025. Kali ini, mereka meluncurkan chatbot berbasis AI yang meniru gaya bicara dan persona selebriti dunia tanpa izin resmi. Produk ini awalnya diperkenalkan sebagai eksperimen interaktif di aplikasi Messenger dan Instagram Direct, dengan tujuan menghadirkan pengalaman percakapan yang “lebih manusiawi” bagi pengguna.
Namun, begitu publik mengetahui bahwa persona chatbot ini dibuat berdasarkan selebriti nyata tanpa persetujuan mereka, kritik langsung membanjiri media sosial. Banyak pihak menilai langkah Meta melanggar etika privasi, bahkan berpotensi masuk ranah pelanggaran hukum. Selebriti yang menjadi “korban” AI Meta dilaporkan termasuk aktor Hollywood, musisi pop terkenal, hingga atlet internasional.
Bagi Meta, proyek ini dimaksudkan sebagai terobosan untuk menggabungkan hiburan, teknologi, dan interaksi sosial. Tapi bagi banyak orang, hal ini justru memperlihatkan sisi gelap dari kecerdasan buatan yang semakin tidak terkendali.
Bagaimana Teknologi Ini Bekerja?
Chatbot AI selebriti Meta menggunakan kombinasi Large Language Models (LLM) dengan data publik yang tersedia secara daring. Dari wawancara, media sosial, hingga video, AI mempelajari pola bicara, humor, bahkan kebiasaan pribadi sang selebriti. Hasilnya, pengguna bisa bercakap-cakap dengan “tiruan” digital artis favorit mereka.
Meta mengklaim bahwa sistem ini tidak dimaksudkan untuk meniru secara persis, melainkan hanya “terinspirasi” dari persona publik selebriti tersebut. Namun, kenyataannya banyak percakapan yang terasa sangat realistis, membuat sebagian pengguna tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang AI.
Kontroversi muncul karena tidak ada lisensi, izin, ataupun kontrak resmi dengan selebriti yang ditiru. Bahkan beberapa artis mengaku terkejut saat mengetahui persona mereka digunakan tanpa sepengetahuan.
Isu Etika dan Privasi
◆ Persetujuan yang Hilang
Masalah utama dari chatbot ini adalah ketiadaan persetujuan (consent). Selebriti, meski memiliki persona publik, tetap memiliki hak privasi dan hak komersial atas nama serta citra mereka.
◆ Risiko Penyalahgunaan
Dengan adanya chatbot ini, muncul kekhawatiran akan penyalahgunaan. Bayangkan jika chatbot “selebriti” memberikan saran berbahaya atau mempromosikan produk tertentu, publik bisa salah mengira bahwa hal itu benar-benar berasal dari artis asli.
◆ Eksploitasi Komersial
Meta tentu diuntungkan secara finansial dari fitur ini. Dengan meningkatnya interaksi, lebih banyak data pengguna bisa dikumpulkan untuk iklan. Namun, selebriti yang citranya dipakai tidak mendapatkan kompensasi apa pun.
Perspektif Hukum: Apakah Meta Bisa Dituntut?
Isu ini membuka perdebatan hukum baru. Di Amerika Serikat, hak atas nama, citra, dan rupa seseorang dilindungi oleh Right of Publicity. Jika terbukti menggunakan citra selebriti tanpa izin untuk tujuan komersial, perusahaan bisa digugat.
Beberapa pengacara hak kekayaan intelektual bahkan menilai kasus ini bisa menjadi preseden besar di era AI. Jika selebriti menang melawan Meta, maka perusahaan teknologi lain akan dipaksa berhati-hati dalam menggunakan data publik untuk melatih model AI mereka.
Uni Eropa, dengan aturan GDPR yang lebih ketat, kemungkinan akan menindak lebih keras. Penggunaan data tanpa izin bisa digolongkan sebagai pelanggaran serius.
Dampak Sosial dan Budaya
Kontroversi ini juga menunjukkan bagaimana AI mengubah hubungan antara selebriti dan penggemar. Jika sebelumnya fans hanya bisa berinteraksi melalui media sosial atau fan meeting, kini mereka bisa “mengobrol” langsung dengan versi digital artis idolanya.
Namun, apakah itu benar-benar mempererat hubungan, atau justru menciptakan ilusi berbahaya? Banyak psikolog memperingatkan risiko parasocial relationship yang semakin ekstrem, di mana fans terlalu larut dalam hubungan sepihak dengan sosok yang sebenarnya tidak nyata.
Reaksi Publik dan Selebriti
◆ Gelombang Kritik
Tagar #StopMetaAI sempat trending di X (Twitter), dengan ribuan pengguna menyerukan boikot terhadap produk Meta. Selebriti seperti penyanyi pop papan atas hingga aktor Marvel dilaporkan sedang mempertimbangkan langkah hukum.
◆ Dukungan Sebagian Fans
Meski begitu, ada juga fans yang menyambut positif. Mereka menganggap fitur ini sebagai hiburan baru dan cara seru untuk merasa lebih dekat dengan idola.
◆ Respons Meta
Meta sejauh ini hanya mengeluarkan pernyataan singkat bahwa produk ini masih dalam tahap “eksperimen beta” dan akan terus dievaluasi. Namun, banyak pihak menilai ini hanya cara perusahaan mengulur waktu sambil mencari celah hukum.
Kesimpulan: Antara Inovasi dan Bahaya
Kasus chatbot AI selebriti Meta adalah gambaran nyata dilema dunia teknologi modern: inovasi yang menggiurkan, tetapi sarat risiko etika dan hukum. Di satu sisi, teknologi ini bisa membuka era baru interaksi manusia dengan AI. Di sisi lain, tanpa aturan jelas, ia bisa menjadi bentuk eksploitasi yang merugikan banyak pihak.
Pertanyaan yang kini menggantung adalah: apakah dunia siap menghadapi konsekuensi dari AI yang semakin menyerupai manusia? Atau kita sedang membuka kotak Pandora yang sulit ditutup kembali?
Referensi:
