Kerja Sama

Indonesia dan Peru Perkuat Kerja Sama Ekonomi Pasca-CEPA, Dorong Investasi dan Perdagangan

Politik

Indonesia dan Peru Perkuat Kerja Sama Ekonomi Pasca-CEPA, Dorong Investasi dan Perdagangan

Setelah resmi menandatangani Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) pada Agustus 2025, hubungan Indonesia dan Peru memasuki babak baru yang lebih strategis. Kesepakatan tersebut bukan sekadar dokumen formal, melainkan titik awal kolaborasi yang akan mempengaruhi arah perdagangan, investasi, dan kerja sama politik kedua negara dalam jangka panjang.

Pemerintah Indonesia melihat peluang besar dari implementasi CEPA ini. Dengan penghapusan tarif pada sejumlah komoditas unggulan, pelaku usaha dari kedua negara memiliki insentif lebih untuk memperluas pasar. Hal ini juga menjadi bukti bahwa diplomasi ekonomi Indonesia mampu menjangkau kawasan yang selama ini belum optimal digarap, seperti Amerika Latin.

Peru sendiri memandang Indonesia sebagai pintu gerbang menuju pasar ASEAN. Sebaliknya, Indonesia melihat Peru sebagai titik strategis untuk mengakses pasar Amerika Selatan. Kerja sama ini diharapkan dapat memperluas jaringan perdagangan dan memperkuat posisi kedua negara di forum internasional seperti WTO dan APEC.


Fokus Implementasi CEPA di Tahun Pertama

Tahun pertama pasca-penandatanganan CEPA menjadi periode krusial untuk memastikan perjanjian ini benar-benar memberikan dampak nyata. Pemerintah Indonesia telah membentuk task force khusus yang bertugas memantau pelaksanaan kesepakatan, mengidentifikasi hambatan, dan memberikan solusi cepat jika ada kendala di lapangan.

Beberapa fokus implementasi di tahun pertama meliputi: penghapusan tarif untuk produk pertanian tertentu, penyederhanaan prosedur ekspor-impor, serta fasilitasi sertifikasi produk untuk memenuhi standar kedua negara. Misalnya, buah alpukat dan anggur dari Peru kini bisa masuk ke pasar Indonesia dengan harga lebih kompetitif, sementara tekstil dan alas kaki dari Indonesia lebih mudah menembus pasar Peru.

Selain itu, pemerintah juga mendorong pelaku UMKM untuk memanfaatkan peluang ini. Program pelatihan dan seminar bisnis mulai digelar, dengan tujuan memperkenalkan pasar Peru kepada pengusaha lokal yang sebelumnya belum mengenal potensi negara tersebut. Dalam jangka panjang, diharapkan semakin banyak UMKM yang dapat memperluas jangkauan pasar mereka hingga ke Amerika Latin.


Peluang Investasi di Berbagai Sektor

Selain perdagangan barang, CEPA membuka peluang investasi di sejumlah sektor strategis. Di Indonesia, sektor yang menjadi prioritas adalah manufaktur, energi terbarukan, dan pariwisata. Di sisi lain, Peru menawarkan peluang investasi di bidang pertambangan, perikanan, dan infrastruktur.

Beberapa perusahaan Indonesia sudah mulai menjajaki peluang ini. Misalnya, produsen furnitur dari Jepara tertarik untuk membuka pabrik perakitan di Peru guna mendekatkan produk ke pasar Amerika Latin. Di sektor energi, perusahaan Indonesia melihat potensi kerja sama dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya di wilayah-wilayah Peru yang memiliki intensitas cahaya tinggi.

Tidak hanya itu, sektor pariwisata juga menjadi salah satu fokus. Dengan kekayaan alam seperti Machu Picchu di Peru dan Bali di Indonesia, kedua negara dapat mengembangkan paket wisata lintas benua. Wisatawan Peru yang ingin berkunjung ke Asia Tenggara dapat diarahkan untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi utama, sementara wisatawan Indonesia bisa mendapatkan akses mudah ke atraksi-atraksi terkenal di Peru.


Dampak Diplomatik dan Politik Internasional

Kerja sama ekonomi yang erat tentu berdampak pada hubungan diplomatik. Semakin besar interaksi bisnis antara dua negara, semakin intens pula hubungan politik yang terjalin. Bagi Indonesia, memperkuat hubungan dengan Peru berarti memperluas jaringan diplomasi di kawasan Amerika Latin yang selama ini belum maksimal dijangkau.

Kedua negara memiliki kepentingan yang selaras dalam berbagai forum internasional. Misalnya, dalam isu perubahan iklim, baik Indonesia maupun Peru memiliki hutan tropis yang luas dan berperan penting dalam menyerap karbon dunia. Kerja sama di sektor ini tidak hanya relevan untuk perdagangan, tetapi juga untuk kepentingan global.

Selain itu, hubungan politik yang lebih erat juga dapat mempermudah negosiasi kerja sama di bidang lain, seperti pendidikan, riset teknologi, dan pertukaran budaya. Dengan diplomasi yang lebih intensif, peluang untuk membentuk aliansi strategis di forum internasional akan semakin terbuka.


Strategi Penguatan Pasar dan Promosi Perdagangan

Agar implementasi CEPA berhasil maksimal, dibutuhkan strategi promosi yang efektif. Kementerian Perdagangan Indonesia bersama KBRI di Lima telah merencanakan misi dagang tahunan yang akan mengundang pelaku usaha dari kedua negara. Kegiatan ini akan menjadi ajang bagi pengusaha untuk memamerkan produk, menjalin kemitraan, dan menandatangani kontrak dagang.

Selain pameran dagang, platform digital juga dimanfaatkan untuk mempromosikan produk unggulan. Marketplace internasional mulai menyediakan kategori khusus untuk produk-produk dari Indonesia dan Peru, lengkap dengan informasi sertifikasi dan kisah di balik produksi barang tersebut.

Media sosial berperan besar dalam memperkenalkan produk ke pasar baru. Kampanye digital yang mengangkat nilai budaya dan kualitas produk diharapkan dapat membangun citra positif yang mempermudah penetrasi pasar. Dengan strategi ini, diharapkan produk Indonesia tidak hanya dikenal karena harganya yang kompetitif, tetapi juga karena kualitas dan keunikan budayanya.


Tantangan dan Hambatan di Lapangan

Meski potensinya besar, implementasi CEPA tidak lepas dari tantangan. Perbedaan bahasa menjadi salah satu hambatan utama. Bahasa Spanyol yang digunakan di Peru dan bahasa Indonesia memerlukan penerjemahan profesional untuk memastikan komunikasi bisnis berjalan lancar.

Selain itu, jarak geografis antara kedua negara mempengaruhi biaya logistik. Transportasi laut memerlukan waktu berbulan-bulan, sehingga perencanaan rantai pasok harus sangat matang. Untuk mengatasi ini, dibutuhkan kerja sama dengan negara-negara transit yang memiliki pelabuhan strategis.

Persaingan juga menjadi tantangan. Peru sudah memiliki hubungan dagang yang kuat dengan negara seperti Chile, Brasil, dan China. Indonesia perlu menawarkan nilai tambah yang berbeda, baik dari segi harga, kualitas, maupun inovasi produk, agar bisa bersaing di pasar Peru yang kompetitif.


Harapan Jangka Panjang

Jika CEPA diimplementasikan dengan konsisten, dalam 5–10 tahun ke depan kedua negara bisa membentuk kemitraan ekonomi yang solid. Perdagangan bilateral diharapkan meningkat dua hingga tiga kali lipat, sementara investasi langsung dapat mengalir ke sektor-sektor yang sebelumnya kurang tersentuh.

Selain itu, kerja sama ini dapat menjadi model bagi Indonesia untuk menjalin perjanjian serupa dengan negara lain di Amerika Latin. Kesuksesan CEPA dengan Peru akan menjadi bukti bahwa Indonesia mampu bersaing di pasar global di luar kawasan Asia.

Harapan lainnya adalah terbentuknya hubungan masyarakat yang lebih erat melalui pertukaran pelajar, kolaborasi seni dan budaya, serta promosi pariwisata. Dengan begitu, hubungan Indonesia–Peru tidak hanya berbasis ekonomi, tetapi juga memiliki fondasi sosial dan budaya yang kuat.


Kesimpulan

Kerja sama ekonomi Indonesia dan Peru pasca-CEPA merupakan langkah strategis yang membawa peluang besar bagi perdagangan, investasi, dan diplomasi kedua negara. Meski menghadapi tantangan seperti jarak, bahasa, dan persaingan, manfaat jangka panjang dari perjanjian ini jauh lebih besar.

Dengan strategi implementasi yang tepat, dukungan penuh dari pelaku usaha, dan promosi perdagangan yang agresif, Indonesia dan Peru dapat membangun kemitraan ekonomi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. CEPA ini bukan hanya simbol hubungan internasional, tetapi juga pijakan menuju masa depan ekonomi yang lebih inklusif dan terintegrasi.


Referensi